Hari
Sabtu tanggal 4 Januari 2014 kemarin, dua bayi-bayiku yang unyu-unyu anarkhis
dan menggemaskan itu akhirnya dikhitan juga. Ponaan dari abang saya, Kak Fikri
dan Mbak Nana ini masing-masing sudah hampir berumur 6 dan 4 tahun.
Ujank,
si kakak, yang tahun ini akan segera masuk SD jadi alasan supaya khitanannya
dilakukan tahun ini juga. Oya, si kakak ini dapat kelas akselerasi loh. Duh,
anak TK zaman sekarang ya, sudah pakai percepatan-percepatan segala. Jadi dia TK
hanya dua tahun saja. Sementara si adeknya, Rafy, pernah didaftarkan playgroup
di sekolah kakaknya juga, tapi entah kenapa, setelah liburan panjang waktu
libur puasa, dia selalu beralasan ‘Afi masih libur panjang’ tiap kali diajak
pergi sekolah lagi. Parahnya sampai hari ini, susah bener ditawari sekolah
lagi. Trauma kah?
Balik
ke prosesi khitanan. Ada kisah yang menurut saya lucu saat dikhitan.
Sejak
pagi kami sekeluarga, terutama kak Fikri, mbak Nana, Mamak dan Mamiq, terlihat
begitu tegang. Apalagi ngeliat Ujank yang matanya berkaca-kaca terus hampir mau
nangis. Antara mau kabur dan ngebatalin sunatannya. Tapi setelah dibujuk-bujuk
dan disemangatin dengan segala macam jurus rayuan, dia mau juga dibawa ke rumah
Aki (panggilan kakek, rumah Ujank dengan rumah Aki ada di satu halaman, hanya
beda 20-an meter) karena khitanan dilaksanakan di sana.
Tepat
pukul 07.00 wita, para tetua-tetua desa sudah berkumpul di ‘TKP’. Pak mantri
yang akan mengkhitan juga sudah datang. Giliran pertama yang dikhitan adalah
kakak Ujank. Yak,, dan kali ini saya lah yang mulai tegang waktu ayat-ayatnya
mulai dibacakan para tetua. Saya yang bertugas mendokumentasikan acara, nggak
tahan lagi nahan tangis, denger jeritan kesakitan Ujank. Hiks. Bayiku yang
biasanya anarkis, sekarang lagi ‘disakitin’. Sesekali mengintip dari kamera,
aduhh,, sereemm bangettt… L
Kasiaan…
Di
tengah prosesi, saya ngeliat Mamiq yang kabur masuk ke dalam rumah, saya pikir
mungkin Mamiq nggak tahan liat darah ditambah denger Ujank nangis, belakangan
saya tau, Mamiq sedang ‘mengamankan’ Rafi yang ngintip dari dalam rumah. Mamiq
ngajak Rafi pergi ke ruangan lain supaya nggak tegang.
Akhirnya
tibalah saatnya adek Rafi yang dikhitan. Rafi yang duduk di sofa ruang tamu,
mulai beralasan, ‘baju afi basah, afi mau ganti baju dulu’,’ndak jadi dah afi
disunat’,, hahahaa, antara sedih dan ketawa ngeliat alasan-alasannya. Padahal
sebelumnya saya denger dari mbak yang jaga, waktu kakaknya yang dikhitan si
Rafi ketawa-ketawa cekikikan dari dalem. =D
Uniknya
lagi pada saat di khitan, Rafi sempet-sempetnya bilang ‘Lelah punggung afi, Lelah
kaki Afi’, gara-gara semua tangan bapak-bapak megang dia dengan kenceng.
Haahaa..Afi Afi..
Tapi
syukurnya sembuhnya lumayan cepat dari yang diprediksikan. Karena di hari yang
sama, Rafi langsung main mobil-mobilan gedenya, tidur nungging juga nggak
masalah. Bahkan di hari ketiga udah pakai celana, hari keempat sudah
manjat-manjat pohon. Aih bocil. Ngilu tau..
Rafy with ninik Unik |
Rafy with Bibi Ifa |
Surabaya, 14 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar