Mei 2010
“Percayalah
tiap-tiap kejadian dalam hidupmu itu pasti ada rencana indah dimasa depan..”
Kalimat yang klise buatku saat itu. Terasa
klise untukku yang saat itu begitu jatuh. Banyak kejadian di tahun itu yang
membuatku begitu jatuh. Keluarga. Orang tua. Kuliah. Dan seseorang.
Djendelo café, menjelang petang. Menjadi
rutinitas yang tak membosankan untukku. hotspotan. Ngopi. Nge-eskrim. Alone.
Di tengah keasyikanku berkelana di dunia maya
itu, mataku tertahan lama di halaman yang belum pernah aku ketahui sebelumnya. Yaitu
www.wisatahati.com. Membaca pengalaman orang lain tentang
ibadah, sedekah, dan pengalaman spiritual mereka ditengah kesulitan-kesulitan
hidup yang mereka alami.
Aku pun tertambat pada sosok yang banyak
menggugah spiritual mereka itu. Ustad Yusuf Mansyur. Mulailah aku banyak mencari tentang beliau. Mp3 ceramah,
video, hingga murottal-murottal mulai saya download.
Ustad Yusuf Mansyur berbeda dari ustad-ustad
yang biasa memberikan tausyiah yang ada. Ceramah beliau yang lebih banyak
menceritakan manfaat langsung, dan hitungan-hitungan teknis dari amalan yang
kita lakukan membawaku menjadi menghitung-hitung berkah yang sudah
diberikan-Nya untukku. Dan ternyata sudah sangat banyak.
Ada satu ceramah beliau yang sangat mengena
dihatiku, dan coba untuk aku praktikkan waktu itu. Yaitu memasang target. Dan
untuk mencapainya, harus ada usaha dan coba dipercepat dengan sedekah. Ketika
itu aku memasang target,yaitu ingin bisa berangkat haji di usia 28 tahun.
Berarti di tahun 2017. Untuk mencapai itu aku pun mulai untuk menunjukkan
keseriusanku pada Nya. Caraku? Yaitu nabung 10ribu rupiah perhari. :D untuk
anak kost pada waktu itu, 10ribu sama artinya uang makanku dua kali. :D ya
sudah ga apa-apa. Yang penting diniatin.
Sebenarnya niat itu juga gara-gara liat salah
satu iklan di bank. Dengan jargonnya
“saya? 50 ribu perhari!”
Dari iklan
itu mulailah terpikir. How's about me?
Hingga dua
bulan program saya berjalan lancar, berkat bantuan dan juga ledekan dari
saudara-saudara, orang tua yang awalnya tertawa tapi dengan begitu antusias
ikut menyumbang untuk tabungan haji saya itu. Alhamdulillah sempat terkumpul
hampir satu juta. ^^ Sempat? Iya. Program saya tidak ikut istiqomah, sesuai
dengan kadar keimanan saya yang turun naik kala itu. (hingga kini). :D
Jumat pagi
di awal februari 2012.
Teras depan rumah.
Saya. Mamiq. Mamak.
Mamak: “jadi kapan kita urus passport itu?”
Mamiq: “tunggu kabar dari Tante Tutun dulu”
Hening…..
Mamiq: “Dek, adek ikut umroh aja yuk, biar ada
yang urusin kami disana..?”
Saya: “Haa??serius??” bengong, kaget, bingung.
“hmmmm….mamak mamiq tanya kakak-kakak dulu aja
ya..kalau mereka ngizinin, tiang siap nemenin. Karena gimanapun, mereka yang
lebih tua, dan tiang ngerasa ga sopan kalau harus ‘ngelangkahin’ .”.
Mamak: “iya dek, bener, adek ikut aja ya,
mamak juga takut kalo nanti di masjid sendirian, apalagi mamiq sukanya jalan
sendirian.”
Saya:”insya Allah, mak miq,”
Dalam hati mulai terbayang-bayang Masjidil
Haram, Kota Mekkah, Madinah…
Ya Allah.. Engkau mengundangku.. Allahu
Akbar!!!
***
Tabunganku untuk berangkat haji, blm lunas.
Tapi Engkau bantu melunaskannya dalam waktu yang benar-benar tidak kuduga.
Subhanallah. Kondisi keuangan keluarga kami yang pasang surut, dan tidak terus
menerus berada di atas, membuat keputusan umroh itu benar-benar suatu keputusan
yang harus dipikirkan dan diniatkan sejak lama oleh mereka.
Ya Allah, Alhamdulillah, masya Allah. Semakin
ku percaya akan niat baik. Engkau mengundangku ke rumah-Mu Ya Rabb. Aku menjadi
tamu-Mu.
Aku meniatkan di tahun 2017 sudah bisa melihat
Kakbah. Tapi Engkau mempercepatnya lima tahun. ALLAHUAKBAR.
I BELIEVE IN YOU!