Kamis, April 30, 2009

tolong, beri kami nafas sejenak saja.....

Hari ini kami menangis. 
Menangisi keegoisan dan kesombongan hati beliau.
Terus terang kami merasa sangat tertekan. 
Apa yang bisa kami lakukan untuk membuktikan bahwa kami menyayangi beliau?
Bahwa kami juga ingin berbakti padanya?
Begitu kecilkah kami di mata beliau?
kenapa tak ada kesempatan untuk kami dapat meraba semua ilmu ini? Secara perlahan saja....
Kami butuh waktu.
Kami butuh bimbingan. 
Jangan tekan kami dengan cacian. 
Jangan suapi kami dengan amarah. 
Jangan dorong kami dengan ketakutan-ketakutan ini.
Kami butuh kelembutan.

Kami akui engkau yang terhebat. Tapi tolonglah. Jangan sombong akan semua yang telah engkau raih. Kenapa engkau dapat bahagia dan dapat mebuat tawa bagi mereka yang orang lain namun tidak bagi kami?
kami butuh kedamaian, juga butuh keakraban dan kehangatan itu. Itu jarang kami dapatkan, bukan tidak pernah tapi jarang.

Ya Allah, saya benar-benar merasa malu ketika di ujung telpon sana seseorang mengatakan :
"rasa sayang saya pada mama jauh lebih besar daripada sayang saya pada Nana, saya ingin mandiri dan jauh dari rumah ini. Tapi yang selalu dalam benak saya adalah bagaimana mama kelak, bagaimana hari tua mama. siapa yang akan menemani mama kesana kemari, siapa yang akan menjaga mama, siapa yang akan menjadi sumber keceriaan mama. Tapi kakak juga takut dengan psikis Ujank. Dia tidak boleh menerima tekanan yang terlalu berat, dia masih terlalu kecil. Saya tidak ingin ini terjadi juga pada Ujank. Kita harus lebih bisa menghargai orang lain dek. Kekuasaan dan kecerdasan bukan segala-galanya. Harta benda boleh melimpah, tapi jiwa tak tenteram apa guna"

Dia kakak lelaki saya. Saya bisa merasakan betapa tertekannya dia. Karena saya juga pernah merasakannya.
Kak, sabar ya. Allah akan tunjukkan jalan-Nya pada kita. amin.
i love u brother.